Menghaluskan dan menyempurnakan etika sosial merupakan bagian penting dari ajaran Islam. Islam sangat peduli terhadap etika pergaulan.
Bahkan, Nabi menyambungkan etika sosial ini langsung dengan fondasi keimanan. Rasulullah bersabda, “man kana yu’minu billah wal yaumil akhir fal yukrim fal yukrim jarahu. Kemudian Nabi meneruskan “man kana yu’minu billah wal yaumil akhir fal yukrim dhaifahu.” Dan Nabi menutup sabdanya, "man kana yu’minu billah wal yaumil akhir fal yaqul khairan aw liyashmut." Artinya, barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka dia harus memuliakan tetangganya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka dia harus memuliakan tamunya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka dia harus berkata baik atau diam.
Sebegitu pentingnya etika pergaulan ini, sehingga Nabi mengaitkan iman seseorang kepada Allah dan hari akhir dengan cara orang itu memuliakan tamu dan tetangga. Dengan kata lain, bukanlah seorang mu’min jika ia tidak menghormati tamu dan tetangga. Juga bukan seorang mu’min orang yang perkataannya menyakiti tetangga dan tamunya.
Derajat keimanan seseorang tercermin dalam etika pergaulan sosialnya. Dalam beberapa hal, kualitas seorang mu’min bisa dinilai dari bagaimana dia memperlakukan tetangga dan tamunya. Rasanya orang akan mempertanyakan keimanan seseorang jika tetangga sekitarnya merasa tidak nyaman dengan keberadaan orang itu.
Posting Komentar
Komentar harus bersifat "POSITIF' dan tidak melanggar "SARA"
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.